Jumat, Desember 12, 2008

MANTRA AKHIR TAHUN

Aku bener-bener dibuat sibuk dengan kata "akhir tahun". Hhhhh.. bikin meradang. Deadline, target, tutup buku, tidak ada transaksi dllllll adalah mantra yang sering terucap. Alhasil akupun kena getah mantra itu. Seminggu ini aku pulang nyangkul sawah diatas jam 7 malam. Pulang jam 8 hal biasa.. menembus kekelaman jalan.

Mengapa harus ada sengsara sebelum ada kegembiraan. "Penderitaan" yang berujung dengan kegembiraan yang dinanti. Liburan.. oh.. liburan...Mau tidak mau, aku tetap harus selesaikan step by step, one by one. Ini pilihan. Bisa saja aku memilih untuk tidak selesaikan. Seperti tadi siang, naskahku ketiga -tentang Adven- untuk Majalah Litani, deadline hari ini, sudah aku kirimkan. Nyicil lega.

Namun lihatlah di mejaku... kurasakan bukan semakin menipis malah semakin tinggi tumpukan itu. Semalam, kubuat sebuah laporan untuk bahan rapat para bos keesokan siangnya. Satu terselesaikan. Lega pertama yang kurasakan. Aku jabanin pulang jam 20.30. Semua itu hanya karena aku ingin menikmati libur dengan tenang. Holiday.. oh holiday...sambutlah aku...

Kamis, Desember 11, 2008

KELAPA MUDA

Di akhir bulan Nopember yang lalu, aku ke Bogor (lagi). Selesai urusan di Bogor, sore itu aku kembali ke Jakarta menyusuri Jalan Raya Parung. Di sepanjang jalan itu banyak sekali dijual talas, bangkoang dan durian. Kunikmati perjalanan tanpa tergesa.

Aku memang rencana ingin membeli oleh-oleh. Tak lama, talas, nanas dan alpokat sudah nangkring di motorku. Cantolan penuh dengan tas berisi buah-buahan.. Rencanaku ingin membeli talas kesampaian juga. Belum puas dengan cantolan, mataku melirik durian. Kuurungkan niatku membeli durian karena di rumah hanya aku saja yang suka buah berduri ini.

Kantuk mulai menyerang. Aku tidak mau ambil resiko mengantuk dengan berkendara. Sudah trauma. Sejenak aku pun memarkir motorku untuk singgah di sebuah kedai di pinggir jalan. Aku ingin menyeruput kelapa muda. Kuperhatikan ayah anak yang menjaga warung itu. Si anak memilih kelapa muda dan menghidangkan di mejaku.

Perjalananku tinggal sepelemparan batu... Kukayuh motorku dengan harapan bertemu buah hati yang telah menanti.

Sabtu, Desember 06, 2008

ADVEN TIBA

Masa Adven telah tiba. Natal menjelang. Kesibukan berlipat. Bingar lampu dan hiasan terpajang. Mengapa sekarang sering disebut "holiday"?

Beberapa waktu lalu aku sibuk klik sana klik sini untuk mencari dari mana asal muasal masa adven. Ada sedikit pencerahan dan aku berniat membuat artikel dari versi yang berbeda-beda itu. Kembali ke jaman dahulu, disemangati masa Prapaskah dimana ditandai dengan puasa, demikian juga awalnya, masa adven juga dijalani dengan puasa. Mungkin ada baiknya jika adven masa kini pun bisa mengambil makna dari sejarah masa lalu. Natal adalah sebuah pengharapan. Harapan akan penantian manusia.

Banyak yang telah melupakan atau malah tidak mengerti akan sejarah itu, karena kini era yang berbeda, orangpun punya cara yang berbeda. Bagiku, Natal memang sebuah perayaan. Perayaan akan kesyahduan tembang malaikat surga yang menari-nari bersuka atas kelahiran Anak Manusia.

Jumat, November 28, 2008

TIDAK NYAMAN

Ada yang mengganjal sedikit pada kejadian sore tadi. Di tempat aku nyangkul sawah, akan diadakan bazar. Hasilnya akan diserahkan untuk amal. Bagus dong. Karena acaranya baru hari Minggu besok, hari ini -Jumat- ada beberapa teman (yang aku juga nggak begitu kenal -hanya sering ngliat muka saja-) sibuk mempersiapkan barang-barang.

Dari teman yang lain aku diajak untuk melihat barang tersebut, katanya kita boleh melihat dan membeli. Wah, bisa milih barang yang bagus ni... Tanpa banyak ba bi bu, kami bertiga menuju ke salah satu ruang yang berdekatan dengan ruangku. Masuk dalam ruang itu, suasana tidak seperti bayanganku. Ada tiga orang yang berkerumun sibuk menentukan harga. Barangnya murah. Maklum, kan barang bekas. Ada beberapa barang yang menarik sih, tapi banyak juga yang tidak menarik. Orang-orang di situ. Entah apa yang kurasakan, tidak nyaman saja.

Tidak wellcome. Begitu komentar temanku.. ah... yap. Tul. Ternyata temanku merasakan juga apa yang kurasakan. Kami di sana hanya celingukan dan bingung... Bukan bingung harganya, melainkan ketika temanku bertanya tentang barang yang diinginkannya, temanku mendapatkan respon yang wah.... jauh dari bersahabat.

Rabu, November 26, 2008

SORE ITU

Sore kemarin aku langkahkan kaki menapaki anak tangga di stasiun. Setelah membeli tiket seharga sebelas ribu rupiah, tak lama kereta datang. Cukup banyak yang menumpang sore itu. Kebanyakan orang pulang kantor. Memoriku mencuat satu persatu. Tentang kebiasaanku naik kereta, dulu.

Masuk kota Bogor, aku keluar dari stasiun lewat jalan yang dulu sering aku lewati. Sudah banyak berubah. Tempat parkir yang dulu masih tanah kini sudah di conblock. Tempat mengantri membeli tiket juga sudah tidak kehujanan atau kepanasan lagi, karena sudah diberi atap. Tampak rapi namun tetap saja diikuti gerakan ekonomi kelas bawah. Kaki lima merajalela. Kios parkir kian marak. Angkotpun ikut ambil bagian malang melintang di pinggir jalan.

Melewati tikungan di belakang toko, di depan sebuah tempat pangkas rambut. Disitu masih duduk seorang pak tua dengan dagangannya. Disitulah aku sering membeli buah yang dia jajakan. Pak tua menjual pisang dan pepaya. Dan malam itu, dia dengan buah pisang di nampannya. Masih seperti dulu, empat tahun yang lalu.

Malam makin renta. Aku harus selesaikan urusan segera. Jam menunjukkan 21.00 ketika aku akan kembalu ke Jakarta. "Sudah tidak ada kereta yang jalan", batinku. Maka aku menuju ke terminal. Semua masih melekat di ingatan, hiruk pikuk terminal. Aroma khas orang lalu lalang dan pedagang. Malam itu sepi. Bibirku terucap, "Terima kasih", tulusku atas berkat malam itu. Aku hanya inginkan satu, sampai di rumah dengan selamat.

Sabtu, November 22, 2008

KESAL SEGUNUNG


Diana tidak bisa menahan sedihnya, ketika tidak dijumpainya kekasihnya -Dan- di tempat biasanya. Dan tidak memberi kabar sama sekali. Padahal kemarin komunikasi mereka lancar. Dan tidak memberitahu jika berhalangan bertemu hari ini. Ada apakah gerangan, Dan? batin Dia. Ponsel Dan mati dan tidak dapat dihubungi. Aneh. Sejam, dua jam hampir empat jam Diana menunggu. Duduk di bangku yang ada di situ. Sendiri.

Antara kecemasan dan kejenuhan membuat Dia melangkah kaki menuju rumah. Pulang. Dan, kamu buat aku kesal berapa kali hanya untuk pertemuan rutin seperti ini? Aku tidak ingin mengingat, apalagi mengungkit bahwa sudah berapa kali kamu ingkar dari sua yang tak pernah membuatku jemu? Ada apa denganmu? Duh, begitu banyak pertanyaan yang mampu menggoyahkan kepercayaanku padamu..... Dan, aku kesal padamu

--bersambung..--

Rabu, November 12, 2008

MELIHAT WAJAHMU

melihat wajahmu aku ingin meraup
merona pipimu merah ketika kukecup
Sophia mengapa hatiku mendayu cepat
dengarkan, sayang..

ada sua dan ada tak sua
saatnya tiba, Sophia
lama nanti ku tak kan di depanmu
hanya ada dalam kalbu

aku tidak ada pada pilihan
sebab harus kuarungi keputusan
aku tak akan tinggalkan
dirimu dan keindahan

jangan bersedih Cintaku
engkau tetap pujaan hati
tersimpan di seluruh ragaku
tetaplah di sini hingga kukembali

Jumat, November 07, 2008

HUJAN SETIAP HARI


Hujan mengguyur Jakarta setiap hari. Seperti semalam, sebelumnya seharian dari pagi hingga petang cuaca cerah tak ada rintik setitik. Aku sudah merencanakan akan datang pertemuan doa malam harinya. Pasti akan banyak yang datang nih, pikirku.

Sesampai di rumah, hari masih sore. Langit cerah. Aku masih bisa bermain dengan anak-anak dan mengontrol agenda sekolah mereka. Tiba waktunya bagi anak-anakku untuk tidur, aku menemani mereka sambil bercerita banyak hal dan ini adalah rutinitas kami.

Anak-anak sudah terlelap ketika aku mendengar suara titik hujan...ah.. hujan datang lagi. Aku beranjak dari tempat tidur, bersiap pergi. Masih hujan, batinku. Memang sekarang musim hujan, tambahku dalam hati. Aku tidak mengurungkan niatku datang ke pertemuan doa. Jika semua berpikir untuk tidak datang karena hujan, siapa yang akan datang? Sementara di sebuah tempat, sebuah keluarga menanti berharap cemas kehadiran tamunya.

Kamis, November 06, 2008

NOMOR AMPLOP


Beberapa waktu lalu di hari Sabtu, aku menghadiri resepsi pernikahan seorang teman. Aku sudah menyiapkan amplop yang akan kuberikan nanti. Setiba di sana, sebelum memasuki ruang resepsi aku bertemu dengan teman-teman yang lain. Ada meja untuk menuliskan nama tamu yang diundang, seperti biasa, aku menulis namaku. Ketika akan memasukkan amplop ke dalam kotak yang telah disediakan, amplopku diminta. Amplop diberi nomor sesuai dengan nomor pada daftar buku tamu... weleh.. weleh... Ini adalah kali kedua aku mengalaminya, tetapi tetap saja aku terkejut.

Selasa, November 04, 2008

Senin, November 03, 2008

CINTAKAH ITU NAMANYA?

Di dalam angkot menuju Ciomas Bogor, dalam cuaca hujan deras tak terkira, tak ayal tempat duduk di dalam angkot pun ikut basah. Kulesakkan pantatku dengan posisi wuenak.. sembari menunggu penumpang lain aku mengamati sepasang remaja yang duduk di depanku, mereka naik belum lama dan mereka terlibat pembicaraan serius. Mereka berkata perlahan, namun tetap terdengar di telingaku, mereka silang selisih. Yang cowok marah kepada pacarnya, entah karena apa.

Disela-sela pembicaraan mereka, cowok yang duduk pojok menanyakan apakah tangan si cewek menyenggol penumpang sebelah, kebetulan penumpang sebelah ceweknya adalah seorang pria dengan tas besar di pangkuannya. Si cewek tidak mau membuat cowoknya cemburu maka diapun makin nempel dengan cowoknya hingga cowok itu semakin terhimpit. Aku tersenyum dalam hati, melihat tingkah mereka.

Sementara angkot berjalan dengan isi penumpang penuh diiringi derai hujan, aku benar-benar tidak bisa mengalihkan peristiwa di depanku. Kali ini si cowok membuka ponsel cewek dan menghapus beberapa pesan -aku tidak tahu apa isi pesan ini- yang jelas ketika giliran si cowok membuka ponsel miliknya, dia tidak mau memperlihatkannya kepada sang cewek. Yang ada si cewek dongkol setengah mati.

Sabtu, November 01, 2008

RAHASIA KITA

tak kuasa, Sophia...
engkau mempunyai magnet
menarik-narikku dalam pusaran
hingga aku mabuk setiap saat

kukatakan padamu dengan kesungguhan hati
"Engkaulah putri ayu yang tercipta untukku
engkaulah blue print anganku
kini nyata setelah anganku berlalu menahun..."
dan kemudian kutermangu dalam ketakberdayaan
akan kenyataan yang tak dapat kusesali
mari, Sophia.. inilah berkat terindah
karena engkau indah adanya
tidak, Cantik, tidak perlu kau berucap
matamu sudah banyak kata
senyummu bukan rahasia
yang hanya kita -aku dan kamu- yang tahu

Kamis, Oktober 30, 2008

TELUK PENYU, AKU RINDU

Sebuah pantai di pagi hari, di sebuah teluk di pulau Jawa. Ketika ku kecil, di hari Minggu maupun hari libur aku sempatkan bangun pagi dan pergi berjalan kaki menuju pantai. Tak jarang aku beramai-ramai bersama teman-teman sepermainanku. Gembira. Yah..bermain air laut dan pasir, kami berkejar-kejaran dengan ombak, tertawa lepas selepas gemuruh suara ombak.

Masih ingat di kenangan, perahu nelayan yang berjejer setelah berlayar mengarungi lautan. Aku sering mencoba naik dan duduk di pinggir perahu, begitu saja - hatiku rasanya senang, seolah seperti nelayan yang berani bertaruh nyawa di tengah lautan. Aroma asin rasa air laut, terasa biasa tercecap di lidah saat badan dan rambutku basah terkena cipratan air. Ah.. manisnya masa itu. Pun ketika melihat sang surya mulai menggeliat, keindahan yang biasa saat itu menjadi luar biasa kini karena aku jarang melihat rekahnya sang surya seperti saat dulu.

Surya mulai membelalak matanya pelan-pelan, aku mulai beranjak pulang. Dengan kaki penuh pasir dan basah, aku berjalan pulang menyusuri tepi jalan raya yang mulai ramai lalu lalang kendaraan. Tak ada lelah terpancar, suka cita adanya...

Rabu, Oktober 29, 2008

TAMBAH SATU USIAMU, SAYANG

Telah tanggal sebutir hariku
ditelah kebisuan waktu
tanpa ragu dan malu-malu
lilin-lilinpun meniupkan
sisa usiamu..

Tiada kata yang banyak kuucap hanya sederet kata menjadi sebuah kalimat. Terucap saat surya merekah. 8 tahun sudah Immanuel Christyas Julius Wicaksono hadir menjadi anggota bumi ini, dengan perjuangan di kamar persalinan yang cukup alot waktu itu... Engkaulah hadiah terindah, Nak.

Selamat Ulang Tahun, Christyas sayang.. jadilah anak yang baik, dan berpegang teguh pada iman Yesus Kristus. Ibu doakan untuk kebahagiaanmu selalu sepanjang perjalanan hidupmu sepanjang masa. Amin

YANG TERPILIH


Tak kusangka aku bisa kontak dengan kawan lama. Benar-benar kawan lama, dia teman SD. Kami satu sekolah di sebuah kota kecil kabupaten dekat pesisir laut selatan. Kota dimana aku lahir dan menikmati udara pesisir dari masa kanak-kanak hingga remaja SMP. Kota buntu, itulah sebutannya karena memang kota kecil ini ada di pojok, dikelilingi air dan lautan hanya ada satu jalan darat menuju ke luar kota. Cilacap, sebuah kota seribu makna hingga kini tak kan kulupa.

Yoyon, dialah kawan lamaku.. Hanya sedikit yang kuingat tentang dia saat masih SD, kurus, kecil, kulit agak hitam, culun banget. Kabarnya sekarang, dia sudah berbeda, ada seorang teman lain yang bertemu dengannya dan pangling. Padahal mereka satu SMA, bagaimana dengan aku, yang jauh lebih lama tidak bertemu dengannya? Bisa bingung kali.. Satu hal yang kutahu pasti, dia sudah "berbeda" namun tetap sama.

Dialah yang terpilih.. Proficiat untukmu, Rm Yoyon OMI

Kamis, Oktober 23, 2008

TAK KENAL MAKA TETAP SAYANG


Sore hari itu kami, aku, Christ, Nat dan May menyusuri Jl Riau Bandung. Kami tiba di salah satu outlet baju. Setelah mencari sweater untuk Christ, kami akan meninggalkan FO, saat di teras FO May berhenti dan membeli dua minuman kotak sambil bertanya,"Mbak, Christ dan Nat mau nggak?" Harganya lebih mahal jika dibanding dengan harga supermarket, biasa lah.. karena di daerah FO harga dinaikkan dari harga pasaran. Aku menjawab,"Nggak usah, May, sebentar lagi toh juga kita cari makan", aku sambil berpikir untuk apa May membeli dua buah minuman kotak dan untuk siapa minuman itu, karena kalau minuman tersebut akan diberikan untuk Christ dan Nat sudah cukup dan tidak perlu bertanya lagi. Sedetik kemudian, belum sempat aku bertanya atas apa yang sempat terlintas di benak, May sudah memberikan minuman itu kepada dua orang pemulung anak jalanan yang tak jauh berada di depan kami. Mereka duduk di lantai teras depan FO.

Ah...tercengang aku akan tindakan May, lebih karena kedua anak itu sangat gembira menerima pemberian dari May. tanpa bicara tentang hal yang telah dilakukannya, May mengajak kami meninggalkan FO.

Rabu, Oktober 22, 2008

SIMBAH WONGSOSUKARTO

Punika dalemipun simbah kula, wonten dusun Ngagul-agulan Sendangrejo Minggir Sleman Ngayogyakarta. Asmanipun simbah Wongsosukarto, simbah kakung lan putri sampun sekeca wonten ing suwargi. Simbah Putri dipun pundhut Pangeran Dalem Gusti Yesus kala kula taksih alit, mbokmenawi kula SD, kinten-kinten taun 1983an. Simbah kakung pun pundhut Kanjeng Pangeran langkung dangu saking sedanipun simbah putri.

Kala kula taksih sekolah SMA Stella Duce I, dinten Setu bubar sekolah kula nglaju wangsul ndesa. Pinanggih kaliyan Simbah Putri, ingkang sampun ngenteni wayah kesayangan... lha.. nggih pancen kula punika wayah kesayanganipun Simbah Putri. Kala semanten, kula dipun paringi beras sakarung goni, gori mateng ingkang sampun dados nangka-eca sanget lan manis- ugi tempe bacem utawi tahu, sedaya kedah kula beta wonten ing griya kutha.

CATHETAN

Aku nyoba nulis nganggo basa jawa, dudu basa krama inggil, nanging campur ngoko lan basa 'gaul' cah Jogja. Gara-garane sedulurku-aku yen ngundang Gendut-amarga pas cilik gendut banget... jarene lho, wong aku yo durung lair pas cilike- maca blogku njur usul kenapa ora nganggo basa jawa wae.. Walah... nanging aku yo mikir, why not?

Aku arep nyoba nulis cathetan harian (taela... lah.. nek iki basa jawane apa ya) Yen 'My Day' basa jawane kira-kira 'Dinaku' (le maca: dinoku) utawa mengko tak wenehi judul 'Sambat', maksude mengeluh nek basa Indonesiane tapi kok wong urip sambat terus ya...utawa 'Uneg-uneg'.. mungkin iki sing rada pas...Tetembungan...marga isine warna-warna.

Nggih, dipun waos kemawon mbok menawi wonten kalepatan anggenipun kawula nulis, kawula nyuwun gunging pangaksama. Nuwun

760 ANAK

Hari Minggu 12 Oktober 2008 yang lalu aku dan beberapa teman mengiringi anak-anak Bina Iman paroki St Nikodemus menuju ke sekolah St Maria Juanda. Kami akan mengikuti misa minggu misi dimana yang menyelenggarakan adalah Komisi Kateketik divisi Bina Iman Anak, so misanya adalah misa untuk anak-anak Bina Iman.

Dimulai jam 9 pagi, kami datang tepat waktu dan mendapat tempat di dekat jendela agak jauh dari meja altar memang, namun tempatnya lebih lega. Anak-anak yang berjumlah 8 anak dengan antusias dan gembira mengikuti misa dan acara hingga selesai berkumpul menjadi satu dengan anak-anak yang lain. Misa diadakan di aula dengan dihadiri sekitar 760 anak dari berbagai paroki berikut pendampingnya ada juga beserta orang tuanya, sangat meriah.

Saat homili, diisi dengan drama singkat tentang perjalanan iman seorang rasul Paulus yang diambil dari Kisah Para Rasul. Semua pemainnya anak-anak dari paroki Bojong. Tak pelak, drama ini mampu membuat umat terpaku tertuju ke atas panggung. Proficiat untuk anak-anak yang dengan sukacita menunjukkan aktingnya.

Selesai misa masih ada beberapa acara seperti pembagian hadiah untuk pemenang lomba cipta lagu rohani, pidato ketua panitia dan pembagian snack dan makan siang. Anak-anak mendapatkan santapan rohani dan jasmani. Acara yang baru pertama diadakan di KAJ ini tentu patut kita acungi jempol, mudah-mudahan tahun depan akan lebih meriah lagi. Salam!

Sabtu, Oktober 18, 2008

BAGAI PETANI

Seminggu lebih aku nggak ngupdate blog, padahal ide sudah bermunculan keluar masuk tak tertuang sama sekali. Kesibukan.. yahhh, kesibukan mendera membuat aku tak mengintip my blog. Bagaimana tidak sibuk, teman sekerja mencangkul sawah masih menikmati liburan yang panjang jadi bisa dibayangkan aku bak seorang petani mencangkul 3 petak sawah nan luas. Keringat bercucuran di bawah terik sang surya... yang jelas tak sempat mengerjakan hal lain di luar sawah itu. Jika petani sore hari sudah pulang ke rumahnya, menjelang larut aku baru pulang kandang. Yang terbayang hanyalah sebuah kasur dan selimut yang hangat sebagai pelipur letihku.

Semua itu sebagai pengalaman hidup yang berharga bagiku, bahwa semua yang kulakukan dan kuterima adalah anugerah dan berkat dariNya. Lepas minggu ini aku akan sisipkan waktu untuk share cerita, ide, opini dan galeri, tentu saja. Tunggu saja....

Jumat, Oktober 10, 2008

KUMPUL BOCAH



Gilang, Christ, Nat dan Dwi. Pada sebuah liburan hari raya Fitri.

NAT AND DWI




Selasa, Oktober 07, 2008

AYO BERMAIN

Bangun...bangun... Sudah pagi. Hari ini kita mau pergi ke rumah sodara di Cilangkap. Sebentar lagi Pak De akan jemput. Riuh mewarnai pagi ini, semangat karena akan bertandang ke tempat yang belum pernah dibayangkan.

Hari H ke dua pagi beranjak siang, jalan tidak sepi lagi. Ramai orang menuju tempat wisata, Ragunan dan Taman Mini. Motor kali ini merajai badan jalan. Tua muda kecil besar memasang tawa dan kegembiraan sepanjang jalan. Kami berbaur dengan raungan hari raya mereka. Melesat ke arah Cijantung, Jalan raya Bogor kemudian berkelok di jalan raya Ciracas. Ah... memasuki daerah yang beraroma tanah dan kandang, membuat aku teringat akan tempat tinggal nenek. Nun jauh di sana.

Rumah mungil di alam pedesaan seolah-olah terpencil, sangat welcome untuk kami jejakkan kaki ini. Sambutan ramah sang tuan rumah, nuansa hari raya masih terasa. Gilang dan Dwi bercengkerama dengan Christ dan Nat. Kepolosan dan keluguan bocah yang memang layak bergembira dalam dunia bermain.

Bermalam di sini, menjadi cerita tersendiri bagi mereka. Bermain di arena pesta rakyat yang digelar tak jauh dari rumah. Keceriaan mereka membahana di antara putaran lalu lalang orang. Ada satu hal yang sama, kesenangan harus terhenti sejenak dan kami kembali dalam rumah kami. Cukuplah pengalaman kali ini.

BERSAMA SANDRA DAN MAYA

Hari libur bermain di apartemen. Siang itu kami ngumpul di ruang mungil dengan gembira. Christ dan Nat asyik nonton Spiderwick bersama May. Aku dan Sand berdiskusi tentang ngeblog, nulis artikel, kerjaan dan banyak hal. Jenuh melanda Nat. May mengajak Christ dan Nat keluar ruangan, jalan menelusuri tepian kolam renang kemudian lama duduk di pinggir kolam. Bercanda dengan riang meski tidak harus berenang, celana mereka toh basah juga.

Hari merambat sore kami semua pergi mencari warung yang buka. Makan dalam kebersamaan dan kekeluargaan lebih nikmat rasanya. Jarang-jarang kami bisa berkumpul seperti ini. Kesibukan, yah, masing-masing punya rutinitas sendiri. Kembali dalam ruang elegan, membuat keasyikan bagi dua bocah itu. Sementara malam pun menjemput, kesenangan pun harus terhenti. Perlu waktu lama untuk membujuk, sebab situasi ini baru kali ini didapat.

Cukup untuk hari ini. Esok punya arti sendiri, Nak.

Jumat, Oktober 03, 2008

Hari H

Lebaran tiba juga. Hari yang ditunggu bagi yang telah berpuasa. Hari H aku jalan ke arah Casablanca bersama Christ dan Nat. Aku membayangkan menjadi raja jalanan sebab pasti jalan menyayat tiada kehidupan. Jam 10.00 an aku cabut, meluncur ke luar bintaro. Oo.. diluar dugaan niy..Ternyata macet di sepanjang jalan Kesehatan sampai Tanah Kusir, melebihi keramaian dan kepadatan Senin pagi. Ya ampyun...

Di hari H ini orang masih diuji kesabarannya dan nggak boleh terpancing emosi. Liat saja saat arah mobil satu akan berbelok dan dari arah depan mobil yang lain tak mau ngalah. Lepas Tanah Kusir menuju Pakubuwono barulah aku bisa menikmati sesuai bayanganku, apalagi saat melesat ke arah Sudirman, wow.. Jakarta.. Jakarta, betapa indahnya engkau bila seperti ini.

Sabtu, September 27, 2008

TAK BICARA

kurasa kesedihan tiada tara
entah mengapa rasa ini merayap
dalam sore yang menjemput
dalam kesenyapan yang merenggut
mendengar lengking soraknya
tanpa melihat binar matanya
kutahu dia mendamba

kutercekat dalam telungkup
kutersedu dalam hening
kupenjarakan diriku dalam pembenaran
tak kuasa, mengalir di ujung mataku
semakin mendera tak kenal lelah
seolah mengintai segenap sesal
meminta sebuah keputusan
meminang sebuah permintaan
tak terucap hanya bisu yang ada

Kamis, September 25, 2008

MEMBERI DENGAN SUKACITA

Suatu malam, dalam pertemuan lingkungan saat itu akan membicarakan sebuah tema dalam Alkitab. Seorang ibu datang dalam pertemuan tersebut dengan muka tanpa ekspresi dan sulit ditebak, dia membawa bungkusan dalam tas plastik. Ketika masuk rumah pertemuan itu, dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Beberapa majalah dikeluarkannya kemudian diberikan kepada temannya di situ, seorang ibu juga. Dengan diam, tanpa menegur, tanpa senyum. Temannya menerima tanpa senyum pula sambil berkata lirih,"Terima kasih".

Acara dimulai dengan seorang fasilitator, setelah dibacakan perikop dari Alkitab, yang hadir diajak untuk merenungkan sejenak, dilanjutkan dengan pertanyaan refleksi. Ada sebuah pertanyaan "Sejauh mana kita memberikan sesuatu kepada orang lain dengan tulus hati dan sukarela?" Yah, tema malam itu adalah "Memberi dengan Sukacita"

KEMANA SEMANGATMU?



Minggu malam itu, di salah satu ruang di sisi gereja, berkumpul beberapa gelintir manusia. Hanya 10 orang saja. Semua berlatih tekun dengan partitur yang dalam 1 birama bisa berbeda 2-3 ketukan/hitungan. Meski sedikit dalam jumlah, ditilik dari semangat yang datang tetap besar.
"Mengapa semakin lama semakin sedikit yang datang berlatih ya?", tanya seorang altono kepada temannya saat jeda satu partitur ke partitur yang lain.
"Saat akan lomba beberapa bulan lalu teman-teman banyak yang datang, tapi seiring waktu berjalan, semangat mereka untuk datang latihan lenyap", timpal teman yang lain.

Minggu, September 21, 2008

PEKIK BERPUTAR

TAWA JELATA

PESTA RAKYAT


Malam itu, malam minggu Christ dan Nat kuajak ke "pasar rakyat" yang dekat dengan gubuk kami. Melihat keceriaan mereka membuat sejenak lupa bahwa tempat digelarnya pesta ini diatas tanah kosong yang biasanya menjadi tumpukan sampah. Tidak terbayangkan betapa joroknya sewaktu hujan datang... untung saat ini kering tiada rintik mengguyur. Tetap berdebu dengan sampah kering berserakan. Pesta ini bukan cuma pesta anak, ada orang tua yang ikut bergembira menikmati hiburan dengan membayar Rp. 3.000 setiap wahana yang ada. Disitu pula para remaja muda mudi bergandengan tangan menyusuri lapak, bagi yang belum punya pasangan, beramai-ramai memenuhi pesta untuk kalangan menengah ke bawah itu sembari senyam-senyum jika melihat lawan jenis yang terlihat memikat di hati.

Minggu, September 14, 2008

VIVA ST. NIKODEMUS


Minggu siang 7 September 2008 sekitar jam 10.00 di halaman gereja St Nikodemus berkerumun banyak orang. Bukan karena huru hara atau kerusuhan, siang itu ada seremoni launching website gereja St Nikodemus.

Peresmian dilakukan oleh Rm. Gunawan Pr dan Rm Dionysius CSsR dengan pengguntingan pita dan diterbangkannya balon warna-warni ke angkasa. Website ini disambut gembira seluruh umat dengan harapan dapat menjadi media informasi dan komunikasi yang lebih baik di seluruh umat paroki St Nikodemus khususnya, sesama umat beriman umumnya. Umat bisa mengambil hal positif dari kecanggihan tehnologi seperti yang sedang berkembang di era multimedia seperti sekarang ini, jangan malah menjadi ajang saling mengejek apalagi menyinggung SARA.

http://www.nikodemus.org, dapat diakses oleh masyarakat, silakan kunjungi dan kenal dengan hangat, karena kehangatan akan memberi kedamaian dimanapun kita berada.

Viva Nikodemus!

TAK LUPA NEGERI SENDIRI







Hari Sabtu kemarin aku berkunjung ke Canisius Education Fair. Pameran Pendidikan ini dibuka dengan beberapa sambutan dan aku berani bertaruh, pasti tidak semua pengunjung menyimak dengan baik apa yang dikatakan petinggi sekolah homogen itu. Suasana di out door, disamping lapangan bola nan luas membuat para pengunjung bebas mampir kemana saja, bisa mampir ke bazar makanan atau berhaha hihi dengan temannya - yang ini biasanya alumni sekolah tersebut - mereka bercengkerama, bercanda dan tidak peduli dengan sambutan yang disampaikan di atas panggung. Tidak semua ternyata, ada yang dengan tekun duduk manis mendengarkan seremonial itu selama kurang lebih 30 menit, patut diacungi jempol pengunjung yang seperti ini.

Dan sesuatu yang ditunggu oleh pengunjung dimana terdiri dari tua - kaum orang tua murid -, muda - teman-teman yang sekolah di situ atau alumni - tumplek di sekitar lapangan bola. Apa yang mereka tunggu? Sebuah suguhan yang jarang terjadi, tari kolosal dari bali, Tari Kecak. Siapa penarinya? Penarinya adalah seluruh siswa dan guru Kanisius semuanya sekitar 650 orang dan lelaki semua (Mana ada siswa Kanisius cewek ya?)

Gung Panji, panggilan akrab sang pelatih tampak sebagai dalang yang membawakan cerita kutipan dari Ramayana digambarkan di situ pasukan Hanoman melawan raksasa. "Perang" dimenangkan oleh pasukan Hanoman dengan membawa bendera Kanisius digiring ke atas panggung. Dan saat penutupan nanti kemenangan pasukan Hanoman membawa obor sebagai tanda sinar pencerahan. Tentunya ada maksud dari semua itu, terutama sehubungan dengan Edufair kali ini. Gung Panji mengatakan, dia baru kali ini membawakan Tari Kecak dengan personil 650 orang, biasanya sekitar 100 an orang... Wow, pengalaman baru dong Gung?

Tak hanya sajian tari bali, seluruh dekorasi dari gerbang masuk sampai panggung didominasi etnik bali dengan warna hitam dan putih. Suatu yang sangat indah karena kebudayaan Indonesia sangat kaya dan tidak perlu kita mengimpor budaya luar negeri.

Bagaimana dengan pendidikan? Hal yang sangat berbeda, jika boleh dan ada kesempatan belajar di luar negeri kenapa tidak? Menimba ilmu sampai negeri Cina, demikian kata orang bijak. Sesudah menimba ilmu di negeri orang? Jangan lupa kembali untuk membangun negerinya sendiri, bukan membangun negeri orang lain. Karena negeri ini masih membutuhkan orang pandai dan berintelek tinggi. Tentu saja jika sudah berintelek tinggi tidak meninggalkan kerendahan hati dan hati nurani demi membangun negeri ini dengan baik.

Di sinilah, di Canisius Education Fair 2008 yang berlangsung 13-14 September 2008 ada sekitar 66 stand perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri yang dapat dikunjungi. Berbagai fasilitas akademik ditawarkan di sini, tinggal pilih saja sesuai kemampuan dan keinginan.

Selasa, September 09, 2008

MENERAWANG ANGAN


KAPAN AKU BISA?

Siang menyengat kutembus kaca dari ruang tempat aku duduk, rasanya malas untuk berakrab-akrab dengan sang surya di siang itu. Tak lama, ngantuk menyerang saat rasa malas itu menyergap. Teman serasa tau penyakit itu datang, dia mengajakku untuk "jalan-jalan" sebentar. Aku setuju.

Tau tidak, kami "jalan-jalan" kemana? Dia mengajakku ke sebuah showroom peralatan memasak, akhir-akhir ini dia memang keranjiangan memasak, eh.. bukan, keranjingan membeli alat-alat memasak. Kemauan dan niat dia untuk belajar dan bisa masak patut diacungi jempol. Dia memang hampir tidak pernah menyentuh dapur, namun akhir-akhir ini, dia selalu berusaha untuk sempatkan masuk dapur, karena segala keperluan makanan sudah disediakan oleh ibunya yang tercinta.

Suatu saat dia sudah sibuk membawa resep kue untuk dia praktekkan di dapurnya yang mungil. Dia menimbang bahan yang akan dijadikan kue dengan sangat tepat, sesuai yang tertulis di resep. Dia sangat sibuk, tiba-tiba ibundanya datang, tak dinyana tak diduga, semua bahan dan peralatan yang dipegang oleh temanku itu sudah beralih tangan. Ibunya dengan sigap tanpa menimbang langsung membuat adonan kue. Temanku tidak membantah dan menurut saja apa yang diperintahkan oleh ibunya, tolong ambilkan ini itu...

Dia sangat mengerti bahwa dapur itu adalah "daerah kekuasaan" sang ibu. Maka dari itu, dipandangi kesibukan ibunya hingga tercium aroma kue yang sangat lezat untuk dinikmati. Kapan aku bisa memasak? demikian tanya temanku dalam hati..

Kamis, September 04, 2008

PERTEMUAN (2)

Sophia... itulah namamu, aku ingat, saat itu surya gagah perkasa
Matamu, senyummu, seraya kusambut jabat tanganmu
Lembut, halus, sehalus kemilau hitam gerai rambutmu
Ramah, kuberikan senyum andalan yang aku punya

Seabad jelitamu tertelan bumi, tak jua sua beradu
Aku ke barat, di dalam rumah kaca tak terjamah
Menjerit, mendesak, memberontak kalbuku
Sinarmu masuk menyeruak hingga dinding luluh

Kulihat ceria di bulat bundar indah matamu
Berharap senyum manisku tak pudar di bayangmu
Kusambut sapamu dengan tertegun tak henti
Diam ketika kusentuh pipi putih mulusmu
Riak bergejolak semakin menderu berseru
Beningnya matamu bersambut menyanyi
Kaubiarkan kunikmati indah dirimu
Aku tahu tanda itu artinya setuju

Sophia, Sophia, kusebut namamu berbisik
Maukah kamu menungguku seabad lagi?

GARA-GARA ROKOK (Lagi)

Kali ini giliran temanku, Mey, yang dongkol gara-gara rokok. Ceritanya begini, pulang kantor malam itu, seperti biasanya Mey mengendarai motor bebeknya. Tiba di tikungan ke kanan, di depannya ada motor dengan pletikan api rokok dari pengendaranya. Aku harus katakan sesuatu, batin Mey seraya menambah kecepatan berusaha sejajar dengan motor depan.

Pengendaranya seorang pria dengan penumpang dibelakangnya seorang ibu, Mey berseru ditengah deru suara motor dan mobil yang berlalu di sekitarnya,"Mas, jangan merokok sambil naik motor, apinya terbang dan kena orang yang ada dibelakang motor Mas.." Apa jawab pria itu? "Naik mobil aja, Mbak!", teriaknya dengan kencang sekencang laju motor seusai dia ucap kata. Mey berusaha melaju sejajar dengan motor pria itu, namun apa daya, lajunya tak dapat disusul karena Mey harus belok ke arah rumahnya, padahal Mey masih ingin bicara, Mey dongkol setengah mati. Apakah tidak ada tempat lain untuk merokok?

Rabu, September 03, 2008

TEDUHKAN JIWA


CUKUPKANLAH

Kemarin aku bertemu dangan sahabat. Sore sepulang mencangkul sawah demi sesuap nasi, aku sempatkan ngobrol di lobi kantornya yang kecil namun elegan. Kami banyak bercerita kesana-kemari... maklum namanya sohib namanya juga cewek, kadang yang nggak perlu juga bisa menjadi bahan omongan yang menarik, sampai bercerita tentang betapa baiknya kasih Tuhan kepadanya.

Beberapa waktu lalu ibu mertuanya dipanggil keharibaan Yang Maha Kuasa, sebagai mantu pertama (suaminya anak pertama) dialah yang mengurus segalanya dari urus kamar jenazah, misa requiem dan pembayaran administrasi. Namanya ajal menjemput, bak maling yang kita nggak tahu kapan datangnya, dia tidak siap dan hanya mempunyai beberapa uang dalam tabungannya.

Dia berpikir bagaimana cara dia bisa melunasi administrasi, kekurangannya masih sekitar sepertiganya. Sementara suaminya masih dirundung kesedihan, dia tidak mau menambah beban pikiran suaminya, hanya pasrah dan berucap berulang,"Tuhan cukupkanlah, cukupkanlah..."

Pagi hari itu adalah hari dimana jenazah harus dimakamkan, sementara sahabatku belum juga melunasi administrasi, setelah nego dengan pihak rumah duka, dia diperbolehkan untuk melunasinya nanti, bukan hari itu juga. Sedikit lega hatinya...tapi itu hanya memperpanjang waktu saja karena dia belum mempunyai sejumlah uang yang cukup.

Tiba saat pelepasan jenazah dan masuk dalam mobil ambulans, seorang kerabat dekat dari pihak suaminya mengucapkan bela sungkawa kepadanya dan dia merasakan ada sesuatu melekat di telapak tangannya... sebuah amplop. Dibukanya amplop itu dan dia mengucapkan syukur tiada tara, karena berisi uang persis jumlahnya untuk pelunasan administrasi.

PERTEMUAN (1)

jika boleh aku tahu apa yang tersimpan
di bulat hitam kedalaman
dikelilingi jernih bening
tampak suatu bergeming

jangan sembunyikan indah
biarkan dia hidup
jangan matikan dian
agar tidak redup

kutahu matamu simpan itu
mataku simpan itu pula
saat mata beradu
kita tahu disitu ada cinta

Rabu, Agustus 20, 2008

Tidak Merokok. Why Not?

Setiap hari saya selalu menemui orang merokok. Rasanya undang-undang yang mengatur dimana saja area boleh merokok tak akan menggoyahkan para pecandu nikotin. Saya menjadi perokok pasif, asap yang mereka tebarkan dapat saya hirup saat saya berada tak jauh dari perokok. Dimana saja mereka bebas merokok, bahkan saat mengendarai motor. Saya tidak bisa mengerti mengapa mereka lakukan hal itu? Katanya merokok menghilangkan stres, ada yang bilang ingin mencari ilham.. tapi kalau merokok saat mengendarai motor, apa ya... Mungkin mereka ingin menghilangkan stres sembari cari ilham di jalan nan macet.

Asap kendaraan di jalan sudah cukup menyesakkan dada ditambah dengan asap rokok. Bisa dibayangkan seberapa kotor udara yang kita tarik masuk dalam rongga paru-paru kita?

Seorang teman pernah mengatakan, kebetulan dia adalah perokok. Ketika saya ungkapkan ganjalan itu, dia bilang bahwa yang merokok di tempat sembarangan; baik di atas motor, apalagi di dalam ruang ber AC adalah orang yang bodoh. Teman saya mengaku dia tidak berbuat yang dilakukan orang bodoh itu. Entahlah saya tidak tahu kenyataan yang sebenarnya.

Bagaimana dengan Anda?