Rabu, Januari 26, 2011

kesibukanmu

hanya sekedar untuk membalas pesanku
rasanya tidak ada waktumu
sapamu dalam telpon tadi sore
kurasakan hampa dan tergesa

kesibukanmu,
akankah menjadikan tawar?
kehangatanmu menguap entah kemana
seakan hilang di antara angka

kutanyakan,
padahal bukan itu maksudku
kutanya sekali lagi,
tetap tiada asa menjawabnya...

hingga waktu terus berputar
sampai senja mulai datang
tanpa salam satu pun darimu
dan aku hanya termangu
mengerjapkan mataku tak percaya...
kosong...

hendak kemana kucari mutiara manikam
yang terdapat dalam tiap katamu
kembali kuhibur diriku
agar aku tak terlalu pedih...

Selasa, Januari 25, 2011

di pesisir pantai

sore itu,
kutuliskan namamu di pesisir pantai
lalu datang gelombang menerjang
namamu tersapu ombak
kutulis sekali lagi namamu di pasir itu
dan ombak lebih besar menderu
menyapu jerih payah dan usahaku

lantas kau datang menyapaku
mengapa kau ingin abadikan sesuatu yang fana?
mengapa kau ingin ciptakan sesuatu yang akan sirna?
kita pun akan lenyap disapu sang waktu
nama kita akan hilang dan tak akan diingat orang

kubisikkan lembut di telingamu
biarkanlah hal-hal kecil ini berlalu
termasuk namamu yang selalu hilang ditelan gelombang
namun engkau akan selalu hidup
sebab aku sendiri yang akan menuliskan namamu
di langit sana dan di dalam kalbuku
dan bila kelak kematian menerpa semua orang
cinta kita akan tetap hidup
cintaku tak akan pernah sirna...

Rabu, Januari 19, 2011

lewat tengah malam

sudah lewat tiga puluh menit dari tengah malam
sudah kutanya berkali-kali mengapa kau diam
sudah pula ku meminta maaf untuk kesekian
tak juga kau legakan aku. Mengapa sayang?

ingin kusudahi malam ini dengan hangatmu
seperti kulalui kemarin dan kemarin
kunanti sapamu agar tidurku lelap
tak jua kutemui pada detik ini. Mengapa sayang?

kini kaubiarkan aku dalam sepi
tanpa sedikitpun jawaban darimu
lalu,
bagaimana kututup malam ini dengan tenang?

Kamis, Januari 06, 2011

hampir tengah malam

hampir tengah malam, sayang...
ketika kutulis sebait rasa syukur
atas malam ini, bisa bersamamu

kutau tembang apa yang sedang melagu
saat kurasakan irama jantungmu
lalu kupeluk erat tubuhmu
meski bersaing dengan sang deru

tak perlu kata ternyata
sentuhan mengungkap semua rasa
...tak ingin terpisahkan,
(jika aku diberi pilihan)
lalu kupeluk makin erat tubuhmu

hampir tengah malam, cinta...
ketika aku selalu mengingatmu
maka pantaslah aku berucap syukur
engkau telah hadir dalam hidupku

Rabu, Januari 05, 2011

mendung, cintaku marah terus

"mendung.. cintaku marah terus.."
pesan singkatmu sore tadi
mengiringiku dalam senja sendu
kusempatkan berbalas pesan
"tidak marah,(jika bisa diekspresi:
kukecup keningmu seperti biasa-hangat)
hanya kurang kasih sayang"
(sambil meringis, tapi kau tak tau..)

semalam sudah berlalu kelabu
menyisakan bekas air mata
lalu pagi dengan cerita baru
bergulir hingga siang mengambang
diterpa kekesalan menghujam
dan kembali pada mula-mula
(kupinjam istilahmu, Cin)
tetap kau yang kusayang
ingat, kaulah yang mula-mula...

tulisan seakan sebagai pengobat
akan dahaga sebuah perjumpaan
kutau itu tak akan cukup
maka kuberanikan untuk meminta lebih
untuk itu maafkan aku, Cinta...

mungkin aku akan sedih
namun bisa saja tidak
jika ada waktu sebagai silih
ada ruang dimana kita tidak berselisih
sembari kucumbui pipimu,
kuacak rambut hitammu,
sampai kudengar tawamu,
karena kugelitik di pinggangmu

ah...
mengapa saat ini kurindu tawamu...

kehilangan kata

aku kehilangan kata
hendak menjelaskan..

tak bermaksud membuat kecewa
karena aku pun terlalu sedih

jangan bilang aku tidak rindu
membuatku makin lara
lihat mataku, malam tadi
dan kukecup pipimu...
kau rasakan pelukanku
tak ingin kulepaskan
tapi apakah kau tau itu?

kumohon,
jangan katakan
yang tak kita inginkan
yang bisa porak porandakan
tembang cintaku untukmu