Rabu, November 26, 2008

SORE ITU

Sore kemarin aku langkahkan kaki menapaki anak tangga di stasiun. Setelah membeli tiket seharga sebelas ribu rupiah, tak lama kereta datang. Cukup banyak yang menumpang sore itu. Kebanyakan orang pulang kantor. Memoriku mencuat satu persatu. Tentang kebiasaanku naik kereta, dulu.

Masuk kota Bogor, aku keluar dari stasiun lewat jalan yang dulu sering aku lewati. Sudah banyak berubah. Tempat parkir yang dulu masih tanah kini sudah di conblock. Tempat mengantri membeli tiket juga sudah tidak kehujanan atau kepanasan lagi, karena sudah diberi atap. Tampak rapi namun tetap saja diikuti gerakan ekonomi kelas bawah. Kaki lima merajalela. Kios parkir kian marak. Angkotpun ikut ambil bagian malang melintang di pinggir jalan.

Melewati tikungan di belakang toko, di depan sebuah tempat pangkas rambut. Disitu masih duduk seorang pak tua dengan dagangannya. Disitulah aku sering membeli buah yang dia jajakan. Pak tua menjual pisang dan pepaya. Dan malam itu, dia dengan buah pisang di nampannya. Masih seperti dulu, empat tahun yang lalu.

Malam makin renta. Aku harus selesaikan urusan segera. Jam menunjukkan 21.00 ketika aku akan kembalu ke Jakarta. "Sudah tidak ada kereta yang jalan", batinku. Maka aku menuju ke terminal. Semua masih melekat di ingatan, hiruk pikuk terminal. Aroma khas orang lalu lalang dan pedagang. Malam itu sepi. Bibirku terucap, "Terima kasih", tulusku atas berkat malam itu. Aku hanya inginkan satu, sampai di rumah dengan selamat.

Tidak ada komentar: