Selasa, September 14, 2010

lolongan kepedihan

mendengar suaramu ....
dinding harapku makin terkelupas
mengiris sisi hati yang mendamba
hampa menari-nari dalam relung hati

terhempas dari asa yang terkoyak
kuraba nadiku berdenyut lemah
kutatap langit-langit kosong
kuharap ada jawab disana
atas sebuah tetesan air mata
dan sayatan pada malam ini

membuatku tak henti bertanya
pada lorong-lorong sepi
kemanakah jiwa?
kemanakah nyawa?
mengapa hanya ini yang ada
lolongan kepedihan...

inspirasiku

ketauilah,
kau sumber inspirasiku
banyak ilham dalam sinarmu
apalagi di kedalaman bola matamu

taukah engkau,
barisan abjad darimu selalu kunanti
sungguh ajaib karena kemudian
kalimatmu memberi semangat

kubalas pula dengan hati dan jiwa
bacalah cinta,
agar kau tau,
hati dan jiwaku terpaut padamu

disitulah kita mencumbu dalam diam
memeluk dalam keheningan
saat mata kita sama-sama terpejam
kita bisa rasakan kekuatannya

Senin, September 13, 2010

rahasia hati Nadia

Sore kala itu, masih ingat dalam ingatan Nad. Di pojok sebuah rumah makan mini yang ada di bandara Soekarno Hatta, habiskan waktu bersama Rei. Tak bosan-bosannya Nad memandangi wajah Rei dan ia telah temukan keindahan. Bertemu, berbincang dan berdekatan dengan Rei, seperti mimpi saja. Seperti angannya waktu itu...

Nad tak akan salah dengan yang sudah dilakukan. Ingin bertemu Rei dan saat inilah kesempatannya. Seperti di meja judi, bisa menang bisa juga kalah. Karena saat memintanya hanya dalam hitungan kurang dari 4 jam dari check in time. Karena bisa saja, Rei menolak. Mendadak. Yahhh gimana tidak mendadak Rei, keraguanlah yang menghalangiku. Apakah engkau mau meluangkan waktu untukku? Itu saja yang menjadi kegundahanku, batin Nad saat itu.

Pupus semua bayangan semu itu, selamat datang kegembiraan. Dan sore itu -menjelang sore tepatnya- tak bisa dibayangkan sinar yang terpancar dari wajah Nad. Nad tau isi hatinya, seperti yang dulu pernah ia simpan. Rei sudah mengetahuinya, Rei sudah tau rahasia yang disimpannya.

menembus gemuruh


Menembus guyuran dari langit, sore itu tepat 17.15. Gemuruh langit sama derunya dengan gemuruh di dadaku sesore tadi. Hanya satu inginku sekarang, bertemu jagoan kecilku.

Berkejar-kejaran dengan hujan, aku memacu gas roda duaku sekencang yang bisa kulakukan. Tapi tetap saja tak bisa kencang-kencang amat. Aku hanya ingin segera sampai rumah dengan selamat dan bahagia.

Semakin deras ketika sampai di rumah. Kurebus air untuk bersihkan badan mengkilat campur air tawar. Sekali pandang, kulihat jagoan kecilku sedang tiduran. Ntah apa yang ada dalam benak pikirannya. Yang pasti hatinya masih galau, kutahu itu. tugasku sekarang adalah membuatnya tenang.

Selesai mandi, siap berbincang dari hati ke hati dengannya.. Ada trik khusus, aku tidak perlu harus to the point, kuajak tertawa dan bercanda.. Saling memeluk adalah obat mujarab untuk sebuah kerinduan dan kegalauan hati. Senang rasanya menciumi pipi tembemnya, tak bosan-bosannya kukecup berkali-kali.

Menjelang jam 20.00 waktunya ritual menutup hari. Gosok gigi, cuci muka tangan kaki, naik ke ranjang dan berdoa bersama. Tak selalu mulus karena ada saja acara tivi yang bisa mengalahkan ritual malam ini. Aku menanti...sabar sembari membaca novel yang tak selesai-selesai. Novel lawasnya Nora Roberts, Northern Lights (Cahaya Kutub). Akhirnya lelah dan ngantuk datang jua menjerat jagoan kecilku.

Setelah berdoa, mulailah curahan hatinya keluar meski agak irit. Namun kutahu hatinya sudah ringan, seringan kapas. Nak, jalan hidupmu masih panjang... masih banyak pengalaman yang akan kaulalui. Dan tentang masalah yang tadi sore, bukanlah masalahmu sayang... Cukuplah kau tau, ibu sayang kamu..amat sayang... Tak lama, tidurlah ia.

Senin, September 06, 2010

kau

sangat berharga waktu itu buatku
cukuplah untuk bisa berjumpa
kekasih hati yang kudamba
kepadanyalah aku ingin mencumbu

kau..
sangat kucinta dari segala yang ada
mampu menggetarkan palung hati hingga ke raga
dan menghangatkan bara dari kebekuan hati

kau...
mampukah aku tanpamu dalam sepiku
membayangkannya saja kutak sanggup
berkali-kali pula kurindu

dan sungguh,
kucintai engkau sepenuh hati dan jiwaku

Kamis, September 02, 2010

sapamu

Cinta,
sapamu membangunkan lelapku. Sukacita menjemputku sepagi itu, asaku membumbung tinggi menggapai langit-langit kerinduan. "Hari ini, aku ingin bertemu denganmu," kataku dalam hati. Meski aku tau mustahil untuk bertemu denganmu namun dengan harap itulah aku manatap.

Kasih,
kesalahanku adalah meminta. Meminta yang tak pantas kupinta. Kau sudah berikan yang bisa kauberi. Sesaat aku terjaga mimpi penuh bunga ternyata tak semua fana punya bunga. Bagai padang gersang tanpa ilalang, dahagaku tak terobati. Entah jika esok atau lusa atau esoknya lagi...aku tak bisa memilih saat. Hanya Ia-lah Sang Waktu. Satu hal, "Kerinduanku adalah kerinduanku, sayang...", sebab saat ini sepertinya hanya aku saja yang rasakan.

Sayang,
denganmu aku ingin mengasah kesejatian dengan pisau kejujuran. Bila harus kulalui kerikil bahkan jalan berbatu, taukah engkau bahwa aku pernah lewatinya? Namun apakah engkau tau, kali ini aku membawa sejuta cinta...

Rabu, September 01, 2010

tak ada puisi

malam ini tak ada puisi...
bagai pujangga kehilangan kata
terbata dan tak sepatah pun
tak ada syair dalam penanya
apalagi imaji, nihil

bagai lilin tak berdian
luruh dalam titian
tak mau hidup sinarnya
yang tertinggal kemuraman

malam ini tak ada puisi..
seperti purnama kehilangan jingga
maka kututup kelam ini
dengan asa untuk fajarku