nanar matanya menatap jejeran huruf
berkedip-kedip hanya memastikan
yang tertulis masih berbunyi sama
tidak berubah menjadi kata yang manis
ia berusaha menghapusnya
tapi tak bisa
lalu memalingkan kepalanya
kalimat itu masih ada
perlahan ia beringsut
berusaha menata hatinya
yang sontak bagai teriris
ia rasakan sangat perih
dalam bingungnya ia hanya berteman tangis
seperti saat petang gerimis tiada henti
begitu pula dengan matanya
mampu kucurkan berkubik-kubik air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar